Meskipun belum jelas siapa Mukidi sebenarnya, tapi kisah Mukidi sudah menyebar ke berbagai penjuru. Katanya sih, Mukidi berasal dari Cilacap, Jawa Tengah dan mempunyai istri bernama Markonah. Anaknya dua orang, yaitu Mukirin yang saat ini berusia remaja dan Mukiran yang masih duduk di kursi sekolah dasar.
Humor soal Mukidi ini memang banyak macamnya. Dilansir dari Ceritamukidi, berikut adalah kisah-kisah lucu Mukidi yang mungkin belum pernah kamu dengar sebelumnya.
Wasiat dari Mbah Joyongablak
“Mas tadi waktu bukber pada cekikikan ngomongin kodok apaan sih?” tanya Markonah.
“Dulu, aku, Wakijan, Samingan sowan ke mbah Joyongablak nanyain masalah jodoh,” jawab Mukidi: “Waktu kami pulang, mbah Joyo berpesan: ‘Ati-ati ngidak kodok yang artinya hati-hati ya jangan nginjak kodok.’
Walaupun telah berhati-hati, Wakijan nginjek kodok. Gak lama, Samingan juga nginjek katak. Cuman aku yang selamat hingga rumah tanpa nginjek katak.”
“Memang jika nginjek kodok kenapa?”
“Yah tadinya mereka berdua kuatir, melainkan lama-lama kata-kata mbah Joyo dianggap cuma takhayul. Eh 5 tahun kemudian setelah mereka kawin bininya jelek-jelek, bawel. Ternyata gara-gara nginjek katak, kata-kata simbah ternyata. Kamu percaya gak Nah?”
“Percaya sih mas, aku dahulu juga nginjek katak….”
Memberi Ta’jil
Pada hari-hari memasuki ramadhan ini, pak Ahmad Mukidi membersihkan teko-teko miliknya. Ia mempunyai sembilan buah teko. Lazimnya sebelum berbuka puasa pak Mukidi mengirimkan teko-tekonya ke 3 masjid di dekat rumahnya.
Masing-masing mesjid mendapat komponen 3 teko berisi teh tawar, 2 teko berisi teh manis hangat, satu teko lagi berisi es teh manis. Dalam bulan ramadhon orang-orang berlomba-lomba dalam kebaikan, diantaranya dengan memberi makan orang yang berbuka puasa.
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda,
(مَنْ فَطَّرَ صَائِماً كَانَ لَهُ مِثْلُ أَجْرِهِ غَيْرَ أَنَّهُ لاَ يَنْقُصُ مِنْ أَجْرِ الصَّائِمِ شَيْءٌ (رَوَاهُ التِّرمِذِيُّ وَقَالَ حَدِيثٌ حَسَنٌ صحيح
“Barangsiapa yang memberi makanan berbuka bagi orang yang berpuasa, karenanya baginya pahala yang misalnya orang yang berpuasa tersebut tanpa mengurangi pahala orang yang berpuasa hal yang demikian sedikit malah.” (HR. At Tirmidzi, beliau berkata, “Hadits Hasan Shahih”)
Mungkin kamu ingin memberi kopi atau apapun, melainkan sebaiknya kasihlah minuman atau makanan yang disukai orang-orang yang kita kasih, sebab makin banyak makanan atau minuman itu dikonsumsi orang, maka pahalanya insya Allah akan makin banyak juga.
Alternatif memberi minum air teh tentu sungguh-sungguh tepat, sebab siapa sih yang tak menyukai minum teh? Tapi jikalau kamu sudah keduluan pak Mukidi, tentu masih ada metode lain.
“Ah aku berharap memberi makan orang berbuka melainkan malu, aku hanya punya 5 potong pisang goreng.”
“Kenapa malu?”
Warung Padang
Usai berbuka puasa di toko padang, Mukidi menghampiri pemiliknya, “Uda, pernah dengar nggak hadist yang mengatakan bahwa memberi makan orang yang berpuasa pahalanya sama dengan pahala orang yang berpuasa?”
“Ya, aku tak jarang dengar. Tanpa mengurangi pahala orang yang berpuasa sedikitpun,” jawab Uda Asman (Orisinil dari Pariaman).
“Syukurlah, Uda rupanya kerap kali ngaji ya?”
“Memangnya kenapa?” tanya pemilik nasi padang lagi.
“Dompet aku ketinggalan……”
Hihihi, Mukidi kadang pinter ya! Para pemilik toko padang kayaknya harus ati-ati nih seandainya Mukidi sampai mampir. Kata-katanya itu lho, mahir banget… jago bikin orang pengen bikin ia jadi dendeng balado.
Cerita lucu banget ini jangan ditiru ya kalau nggak pengen jadi dendeng balado. Namun jikalau kamu keukeuh pengen kaya Mukidi, berarti kau perlu belajar kata kata gokil biar makin piawai ngeles, eh bersilat lidah.
Hewan Gendeng
Dulu sewaktu di Provinsi Jambi masih berupa kerajaan, rakyat hidup berdampingan penuh kesejahteraan dan ketentraman berkat pemimpin yang arif, melainkan, di tengah kemakmuran itu tiba-tiba ada seekor harimau besar yang merusak ketentraman di negeri tersebut.
Harimau bandel tadi terus-menerus menghabisi ternak masyarakat di sekitar sana, dan lama kelamaan juga menyerang warga. Memperhatikan hal ini, Raja tidak tinggal membisu, ia menyuruh seorang abdinya yang sakti untuk mengatasi dilema ini.
Sang abdi raja lalu mencari harimau biang kerok kerusuhan itu dengan semua kemampuannya, namun apa energi abdi raja hal yang demikian, bukannya melukai harimau hal yang demikian malah dia yang terluka parah.
Dengan keadaan luka parah itu, abdi raja ini melarikan diri dari sang harimau untuk menyembuhkan dirinya. Sang harimau tidak berdiam, dia terus mengejar abdi malang itu.
Di tengah pengejaran sampailah ia di sebuah desa yang bernama Desa Kemingking, yang dipenuhi wewangian manis dan tanahnya dipenuhi buah yang penuh duri. Meski kelelahan, abdi yang luka ini bercita-cita melawan sang harimau dengan semua kesanggupannya.
Pertarungan sengit terjadi antara keduanya. Hingga kemudian sang prajurit menyadari ketidakhadiran buah yang permukaannya dipenuhi duri itu. Ia memungut buah tadi dan terus melempari harimau hal yang demikian dengan duren hingga harimau itu terluka parah.
Harimau itu meminta ampun. kemudian ia bermufakat terhadap si abdi raja untuk tidak menganggu warga asalkan dia dibolehkan memakan sebagian dari buah duren yang tumbuh di tanah mereka.
Sebab melihat kesungguhan sang harimau, abdi yang tidak tega ini mengizinkan sang harimau untuk terus hidup sesuai prasyarat yang dimintanya hal yang demikian.
Abdi raja lalu kembali ke kerajaan membawa kemenangan. Semua kejadian dilaporkan terhadap sang raja dan dengan perantaraan baginda, dia mengumumkan agar sumpah sang harimau dipatuhi dan dihormati oleh seluruh masyarakat.
Hingga ketika itu, masyarakat Desa Kemingking terus menjaga sumpah itu, sehingga walaupun Hutan Desa Kemingking termasuk dalam kawasan kekuasaan harimau, harimau-harimau tersebut tak pernah menampakkan diri maupun menyerang warga (kecuali tamu/pendatang).
Mereka hanya menampakkan diri di waktu malam ketika musim durian.
Di hari yang lain, Untoro Drajat datang membawa duren yang dibungkus rumput kering. Durian ini sudah matang dan nikmat, sebab durian itu dulu katanya adalah tahi gajah.
Tak mau kalah dengan harimau, gajah-gajah ini juga penggemar durian, bedanya gajah-gajah ini tak mau repot-repot membelah duren itu seperi judul lagu dangdut, tetapi menelannya bulat-bulat setelah digulung dengan rumput.
Entah apa nikmatnya menelan duren bulat-bulat lalu dikeluarkan lagi? Takut hipertensi? Oleh karena itulah sudah jelas kenapa tak ada gajah yang menderita tekanan darah tinggi (jadi gajah ngamuk bukan karena hipertensi-pen), sementara saya menderita tekanan darah tinggi sebab kebanyakan makan tahi gajah.
Waktu dua minggu berakhir juga, menjadikan laporan tebal dengan saran supaya permukaan air dari bendungan yang akan dibangun itu diwariskan dari 85 M.dpl menjadi 82 M.dpl sehingga komplek candi Muara Takus terhindar dari genangan air proyek PLTA Koto Panjang.
Sesudah menjalankan survey itu saya tak pernah lagi mendapatkan kabar lebih lanjut, demikian pula halnya dengan gajah-gajah yang kerap kali melaksanakan ritual tawaf mengelilingi candi itu apakah juga masih melestarikan ibadahnya. Wallahua’lam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar